Epilog Penantian.

Bismilllahirrahmanirrahim,

dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Alhamdulillah, masih ada kesempatan untuk mencoret di sini. 

Tetap mencari masa untuk menulis walau diri masih terkial-kial mengejar masa yang kian berlalu. 
Masa tak pernah menunggu kita kan?

 picture by Angelreich of deviantART

Sebuah penantian.


"Penantian itu satu penyeksaan!"


"Menanti benda yang tak pasti itu hanya membuang waktu."


Menanti sana, menanti sini. Penantian yang tak pernah ada penghujungnya. Dan itu menyakitkan.


Teringat saat menjadi 'pelarian' selama dua minggu tatkala revolusi Mesir baru-baru ni.


Penantian demi penantian. Memang memenatkan dan meletihkan mental! Saat menanti untuk dibawa keluar dari bumi Mesir, saat menanti di Cairo Airport dan Jeddah Airport selama berjam-jam malah ada yang terpaksa bermalam di airport dan  saat menanti untuk dibawa ke Malaysia. Dan semuanya mengambil masa 12 hari sebelum betul-betul sampai ke Malaysia. Semuanya kena tunggu! Penatkan?


Dan jadi benarlah "penantian itu satu penyeksaan?".


Betulkah? 


Dan saya sendiri pernah menuturkan kata-kata itu malah mungkin berkali-kali. Adakah itu bermakna yang saya lupa, lupa bahawa Allah tengah menguji kesabaran saya. :(


Penantian adalah satu proses.


Berfikir sejenak.
Terkesan dengan apa yang disampaikan oleh BroHamzah. 


Penantian adalah satu proses.


Ya, satu proses untuk mendidik jiwa dan diri dengan satu sifat, iaitu sifat SABAR. Mudahkan berkata-kata? Memang cukup mudah tapi untuk melakukannya susah namun ia tak mustahil bagi jiwa-jiwa yang beriman. (=


Ramai yang mengiyakan hakikat manisnya penghujung sebuah penantian andai diri bersabar. Memang betul, sangat manis. Jadi bersabarlah, belajar jadi orang yang penyabar. Penyabar bagaikan baginda Rasulullah S.A.W, muliakan? 

"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah,"

surah Al-Ma'arij, 19-20 (70:19, 20)

Benar. Tika diuji cepat benar diri melatah, saat terduga mudahnya semangat hilang. Diri oh diri. Malu dengan DIA yang Maha Melihat. 

Penantian juga memberi kita pengalaman. Mana tahu di sebalik penantian itu tersingkap seribu satu cerita yang mungkin bila kita renung kembali akan buat kita tersenyum. Dan penantian bukanlah terlalu menyiksakan.


Ia mengajar kita tentang erti sebuah kehidupan. Kehidupan yang berlandaskan tuntutan Ilahi (=

A pause to reflect.

Let's go with the flow, but don't ever get drown.

Menanti dalam penantian memang sukar, tidak dapat diri menafikan. Menanti untuk dapat segulung ijazah sarjana muda kedoktoran perlu melalui onak duri di sepanjang perjalanan ini, perlukan usaha yang kuat untuk mencapainya. 

Menanti untuk 'dimiliki' oleh dia yang dijanjikan Allah jua satu penantian yang mampu 'mendera' jiwa. Bagaimana hidup dalam dunia yang penuh fitnah ini, pelbagai dugaan dan ujian Allah berikan. Dengan iman yang hanya senipis kulit bawang, bimbang andai diri ini tersungkur. Allah. Moga Allah kuatkan keimanan.

picture by cerenimo of deviantArt

Tersenyum

melihat sang pungguk

setia menantikan sang rembulan.

Tidak letihkah dia menanti?

Setianya dia

untuk terus menanti.

tidak penatkah dia?

tidak putus asakah dia?

oh,

mungkin dia tahu...

rembulan takkan pernah lupa 

menyinari alam dari kelam malam.

nota : Oh. Terasa 'kerdil'nya diri bila menatap, menghayati penulisan sahabat2 yang lain. Terasa kekurangan di sana sini :(